Ketika Popularitas Mengabaikan Kualitas

Ketika Popularitas  Mengabaikan Kualitas
Ustazah Nella Lucky, S.Fil.I., M.Hum. (Foto: Itimewa)
Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.
 
POPULARITAS adalah makanan renyah bagi semua orang. Eksistensi diri menjadi satu hal yang ingin dimiliki setiap orang. Banyak yang mau menanggalkan kredibilitas demi popularitas. 
 
Seorang calon pajabat pun menamakan dirinya dengan nama-nama yang aneh, renyah dan mudah dimengerti agar ia populer dan diingat banyak orang. Para orator pun sanggup dan rela mengubah nama menjadi nama yang lebih memasyarakat dan lebih populer. Seorang dai pun tak jarang mengubah nama pribadi yang "tidak menjual" menjadi agar lebih "menjual" di telinga masyarakat.
 
Bahkan, tak jarang di antara kita membuat yel-yel dan simbol-simbol khusus pribadi agar lebih populer. Semua orang merindukan popularitas. Karena anggapan popularitaslah yang menganggap kita dapat menjadi hidup tegak di atas kaki sendiri.
 
Sekali lagi, popularitas adalah kata yang diinginkan setiap orang. Ada yang rela mengubah model rambutnya menjadi agak populer. Merubah model tasnya agar populer. Merubah life style-nya agar dianggap lebih populer. Bahagia rasanya bila dikenal orang karena kepopuleran.
 
Namun, lupakah kita bahwa popularitas akan tanggal tanpa adanya kualitas. Yang sementara itu popularitas dan yang bertahan itu hanyalah kualitas. Bagi mereka yang hanya mengandalkan popularitas maka ia akan habis dimakan dan lenyap oleh zaman dan selera banyak orang. Tetapi sesiapa yang mengandalkan kualitas ia akan abadi sepanjang zaman.
 
Bukankah para guru terdahulu yang mengandalkan kualitasnya lebih kita ingat dan menghujam di kalbu kita daripada guru-guru yang sekadar menampak-nampaklan popularitasnya?
 
Bukankah para ulama terdahulu yang mengandalkan kualitas akan lebih diingat dibanding guru-guru yang mengandalkan baju besinya?
 
Bukankan Bilal bin Rabah lebih diingat hingga akhir zaman karena kualitas keimanannya? 
 
Bukankah Umar bin Khattab sebagai pemimpin lebih diingat karena kualitasnya mengembangkan Islam hingga Romawi dan Parsi sebagai pemimpin dan bukan karena hartanya yang banyak? 
 
Bukankah orang yang cerdas dan hebat secara akal lebih diingat dibanding mereka yang hanya mengandalkan popularitas dari pakaian yang ia kenakan dan nama-nama yang mereka ubah dan yel-yel yang mereka kenakan? 
 
Popularitas hanyalah sementara. Kualitaslah yang akan bertahan. Oleh karenanya jangan mencari popularitas. Kejarlah kualitas. Karena dengan kualitas, popularitas akan lebih bertahan. Karena populer tanpa kualitas adalah kosong. 
 
Wallahua'lam
 


Berita Lainnya

Index
Galeri